#melayang {position:fixed;_position:absolute;bottom:30px; left:0px;clip:inherit;_top:expression(document.documentElement.scrollTop+document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }

Senin, 02 November 2015

Konteks Kemasyarakatan TP dan Hubungannya Dengan Profesi Lain



Konteks Kemasyarakatan TP dan Hubungannya Dengan Profesi Lain

1.      Profesi Memihak.
Teknologi Pendidikan ialah alat untuk mencapai tujuan. Dan tujuannya adalah memudahkan manusia untuk belajar . Akan tetapi :
Seringkali teknologi cenderung membuat tujuan-tujuan atau hasil-hasil yang hendak dicapai itu menjadi kabur atau bahkan hilang, dan diganti oleh teknologi yang berupa alat sebagai tujuan. Satu pertanyaan yang ditarik dari asumsi ini adalah: haruskah seseorang yang memperhatikan saran pendidikan, memperhatikan pula tujuan dengan mana sarana itu digunakan (AECT, 1972, hlm.42) read more


Sebuah jawaban atas pertanyaan yang diungkapkan di atas tapi tidak dicanangkan adalah bahwa teknologi pendidikan dan ahli teknologi pendidikan, seharusnya berperan sebagai seorang “teknisi netral”
Mereka memusatkan perhatian pada kenyataan tentang keterampilan mereka dan bukan pada penggunaan keterampilan itu sendiri……”contoh pekerjaan yang akan dilaksanakan pada seorang teknisi adalah : Misalnya: Para ilmuan yang akhir-akhir ini sibuk mengadakan seleksi dan manipulasi genetic semata-mata tergolong karena “penemuan DNA memungkinkan” Para ilmuan bersikap sebagai teknisi yang netral; karena tidak memperhitungkan sebab akibat yang -1- akan timbul baik positif maupun negative dari penemuan itu pada masyarakat. Jawabanlain atas pertanyaan di atas ialah bahwa teknologi pendidikan hendaknya berperan sebagai satu profesi memihak.

Lawan dari sikap sebagai teknisi netral ialah apa yang dapat kita sebut profesional memihak. Profesi memihak mempunyai pandangan tentang tujuan dan mampu memutuskan apakah pekerjaan yang akan dilakukan itu tercapai hasil positif ataukah negative. Sebaliknya seorang professional yang memihak tentu menolak untuk mengerjakan pekerjaan yang demikian. Pernyataan AECT memperjelas pendapat bahwa yang penting bukanlah sikap yang diambil melainkan pertanyaan yang diajukan itulah yang menandai ciri professional memihak: Perlu ditegaskan bahwa professional memihak itu tidak perlu seorang “Liberal” atau “konservatif”. Akan tetapi, seorang professional memihak harus memperlihatkan sensitivitas moral berkenaan dengan akibat-akibat yang mungkin timbul dari apa yang dilakukannya.
2.      Pencanangan Tujuan/ hasil.
Beberapa orang percaya bahwa profesi memihak itu haruslah bertindak lebih jauh dari pada hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu sampai pada penentuan posisi nilai-nilai yang dianut bagi profesi. Mereka percaya bahwa ahli-ahli teknologi pendidikan “ memili sesuatu sebagai urutan pertama dalam wira mereka sesungguhnya, ketelitian dan kepentingan untuk menyusun nilai , yang menjadi dasar bagi mereka bertindak dalam memainkan peranan mereka “.
 Masalah ini dikemukakan karena amat kuatnya pengaruh teknologi pendidikan , maka teknik dan penerapannya pada masa yang akan datang mungkin dapat digunakan untuk menyelewengkan pengetahuan dan informasi bagi tujuan-tujuan yang tak bermoral.
Guna mencegah terjadinya kemungkinan yang demikian, AECT dan penulis-penulis dalam bidang teknologi pendidikan telah mencanangkan bermacam-macam tujuan. Sikap yang didasarkan pada norma tersebut menyangkut persoalan-persoalan kebebasan intelektual, tindakan afirmatif, stereotip, dan penerapan teknologi secara manusiawi.

3.      Kebebasan Intelektual
AECT telah menentukan sikap yang tegas dalam mendukung kebebasan intelektual. Kode Etik AECT menyatakan bahwa anggota-anggota ”berkewajiban melindungi hak pribadi guna memperoleh/ mengetahui bahan dari berbagai sudut pandang” contoh pidato inagurasi Presiden Gilkey yang menjadi kewajiban tersebut lebih kuat lagi:
Kita harus sadar dan memperhatian mengenai praktek penyensoran. Kita harus membuat dan mengembangkan petunjuk yang memungkinkan anggota mampu menanggani segala bentuk penyensoran. Kita harus menentang penyensoran yang datangnya dari kelompok liberal maupun konservatif yang berusaha meniadakan bahan yang kritik atau dirugikan. Kita harus mengambil sikap bahwa siswa-siswi membutuhkan informasi mengenai isu yang dipersoalkan dari segala pihak jika mereka diharapkan dapat mengambil keputusan secara intelegen -2-

4.      Tindakan Afirmatif
AECT juga telah menentukan sikap yang mendukung adanya tindakan afirmatif. Dalam AECT terdapat sebuah komisi tindakan afirmatif yang bertugas ” menyusun rencana untuk melibatkan wanita dan golongan minoritas dalam kegiatan AECT serta bidang teknologi pendidikan umumnya.” selanjutnya usaha dari komisi ini memberi petunjuk bagi keharusan penentuan sikap secara aktif dan ” haruslah memperoleh dukungan dan kerjasama dari setiap anggota”.

5.      Stereotip
AECT telah secara tegas telah menyatakan penolakannya atas bahan-bahan yang mengandung stereotip. Kode Etik AECT menyatakan bahwa anggota-anggota AECT haruslah : baik dalam membuat desain maupun mengadakan seleksi program kependidikan atau media, hendaklah menghindari materi (isi) yang memperkuat atau menganjurkan stereotip berkenaan dengan kekelaminan, kesukuan, keagamaan. Anggota harus berusaha mendorong pengembangan program dan media yang memberi tekanan pada kenyataan kebhinekaan masyarakat sebagai satu persekutuan hidup yang multi-kultural; selanjutk Huban (1970) berpendapat bahwa kita harus membuang jauh-jauh mitos yang dibuat berdasarkan studi yang dilakukan Coleman dan Jenkins yaitu beberapa golongan siswa (siswa kulit hitam/negro) sebagai akibat dari keturunan atau pendidikan dalam keluarga secara intelektual adalah inferrior. Hoban berpendapat bahwa dengan melalui teknologi pendidikan kita harus dapat menciptakan suatu pendidikan yang benar-benar universal dan efektif bagi semua orang.

6.      Penerapan Manusiawi Teknologi.
AECT menyadari bahwa, meskipun teknologi itu adalah alat, tetapi membawa akibat-akibat. Apakah akibat tersebut berdampak positif atau negatif. Oleh karena itu jika kita akan menggunakan teknologi pendidikan, maka AECT berkeyakinan bahwa: Teknologi dapat dipakai guna mendukung tujuan kemanusiaan dan kebutuhan hidup. Haruslah dibuktikan bahwa teknologi pendidikan berguna dan penting dalam kaitannya dengan akibat-akibat yang lebih luas dari teknologi pada masyarakat, bahwa bidang teknologi pendidikan itu dapat membantu masyarakat mendayagunakan potensi-potensi mereka guna meningkatkan kemanusian tiap individu
 *Komoski (1972) yakin bahwa kita dapat melakukan hal tersebut dan menyarankan bagaimana caranya: ”Mempertahankan hakikat keberadaan manusia yang berarti secara sosial, di tengah-tengah masyarakat teknologis dengan menghimbau secara persuasif agar sistem teknologis tradisional dapat diadaptasikan guna memenuhi kebutuhan material dan manusiawi semua anggota masyarakat”.
*Silber (1972) mengidentifikasi unsur yang harus dikemukakan jika teknologi akan digunakan untuk tujuan-tujuan hidup manusia. Hal ini dilakukan berkenaan dengan hubungan antara apa yang disebutnya ” kebebasan sejati” dan ”teknologi sejati”. Ia membuat batasan kebebasan sebagai suatu yang mencakup pengertian ”hak untuk memilih, kemampuan memilih, dan adannya pilihan-pilihan yang akan dipilih. -3- Kebebasan yang demikian dikaitkan dalam teknologi sejati apabila: 1) Kebutuhan yang berasal dari pengambilan inisiatif/penerima (si-pelajar) 2) Kebutuhan itu dikemukakan dan didengar 3) Hasil yang dikeluarkan hendaklah memenuhi kebutuhan 4) Manusia itu hendaklah terus mengendalikan proses dan alat serta menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan Kesimpulannya bahwa : ”Kebebasan sejati tidak mungkin tanpa teknologi; teknologi sejati tidak mungkin tanpa kebebasan”

B. HUBUNGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DENGAN PROFESI-PROFESI LAIN
Kami telah bicara tentang sifat integratif dan luas mengenai konstruk teori dari teknologi pendidikan. Banyak kelompok orang yang melaksanakan kegiatan di bidang teknologi pendidikan namun tidak semua masuk dalam profesi teknologi pendidikan. Bagaimanakah seharusnya mereka berada dalam profesi teknologi pendidikan berhubungan dengan orang-orang yang menganggap bahwa bidang profesi mereka bukan teknologi pendidikan ?
Teknologi pendidikan bergerak dalam konteks usaha kependidikan yang lebih luas, karena juga berada dalam konteks profesi dan orang-orang yang terlibat dalam memberikan kemudahan belajar. Jadi ahli teknologi pendidikan bukanlah satu-satunya dapat membuat keputusan tentang bagaimana memudahkan belajar melalui pengidentifikasi, pengembangan, organisasi dan pemamfaatan sumber-sumber belajar. Karena itu bidang Teknologi Pendidikan perlu mengenal konteks ”orang lain”.
 Ada 4 (empat) macam hubungan pengambilan keputusan yang mungkin antara teknologi pendidikan dan profesi lain:
a.       teknologi pendidikan bekerja dengan berperanan sebagai sub ordinasi terhadap profesi lain dengan diberi wewenang/tanggungjawab pengambilan keputusan instruksional yang sempit sekali
b.      teknologi pendidikan dalam hal pengambilan keputusan berada diatas profesi lain dan mengembang peranan yang menentukan dalam pengambilan keputusan instruksional
c.       teknologi pendidikan beserta tujuan dan alat-alatnya secara bertahap di adopsi untuk dipakai sehingga tidak menjadi persoalan siapa yang harus membuat dan mengambil keputusan
d.      teknologi pendidikan berperan dengan profesi lain untuk membuat dan mengambil keputusan bersama, menetapkan bersama bidang mana yang akan membuat keputusan terakhir dengan mengingat dan memperhatikan tuntutan spesifik dari situasi dan kondisi lembaga yang bersangkutan

Tema Konvensi AECT (1976) juga menekankan hubungan dengan profesi lain yaitu hubungan yang kooperatif dan saling ketergantungan. Dengan saling ketergantungan merupakan cara hidup yang sangat berarti karena kita mungkin mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar nilainya daripada apa yang kita sembunyikan apa yang kita capai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar