Konteks Kemasyarakatan TP dan Hubungannya Dengan Profesi
Lain
1.
Profesi Memihak.
Teknologi Pendidikan ialah alat untuk mencapai tujuan. Dan
tujuannya adalah memudahkan manusia untuk belajar . Akan tetapi :
Seringkali teknologi cenderung membuat tujuan-tujuan atau
hasil-hasil yang hendak dicapai itu menjadi kabur atau bahkan hilang, dan
diganti oleh teknologi yang berupa alat sebagai tujuan. Satu pertanyaan yang
ditarik dari asumsi ini adalah: haruskah seseorang yang memperhatikan saran
pendidikan, memperhatikan pula tujuan dengan mana sarana itu digunakan (AECT,
1972, hlm.42) read more
Sebuah jawaban atas pertanyaan yang diungkapkan di atas tapi
tidak dicanangkan adalah bahwa teknologi pendidikan dan ahli teknologi pendidikan,
seharusnya berperan sebagai seorang “teknisi netral”
Mereka memusatkan perhatian pada kenyataan tentang
keterampilan mereka dan bukan pada penggunaan keterampilan itu sendiri……”contoh
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada seorang teknisi adalah : Misalnya: Para
ilmuan yang akhir-akhir ini sibuk mengadakan seleksi dan manipulasi genetic
semata-mata tergolong karena “penemuan DNA memungkinkan” Para ilmuan bersikap
sebagai teknisi yang netral; karena tidak memperhitungkan sebab akibat yang -1-
akan timbul baik positif maupun negative dari penemuan itu pada masyarakat.
Jawabanlain atas pertanyaan di atas ialah bahwa teknologi pendidikan hendaknya
berperan sebagai satu profesi memihak.
Lawan dari sikap sebagai teknisi netral ialah apa yang dapat
kita sebut profesional memihak. Profesi memihak mempunyai pandangan tentang
tujuan dan mampu memutuskan apakah pekerjaan yang akan dilakukan itu tercapai
hasil positif ataukah negative. Sebaliknya seorang professional yang memihak
tentu menolak untuk mengerjakan pekerjaan yang demikian. Pernyataan AECT
memperjelas pendapat bahwa yang penting bukanlah sikap yang diambil melainkan
pertanyaan yang diajukan itulah yang menandai ciri professional memihak: Perlu
ditegaskan bahwa professional memihak itu tidak perlu seorang “Liberal” atau
“konservatif”. Akan tetapi, seorang professional memihak harus memperlihatkan
sensitivitas moral berkenaan dengan akibat-akibat yang mungkin timbul dari apa
yang dilakukannya.
2.
Pencanangan Tujuan/ hasil.
Beberapa orang percaya bahwa profesi
memihak itu haruslah bertindak lebih jauh dari pada hanya mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, yaitu sampai pada penentuan posisi nilai-nilai yang
dianut bagi profesi. Mereka percaya bahwa ahli-ahli teknologi pendidikan “
memili sesuatu sebagai urutan pertama dalam wira mereka sesungguhnya,
ketelitian dan kepentingan untuk menyusun nilai , yang menjadi dasar bagi
mereka bertindak dalam memainkan peranan mereka “.
Masalah ini dikemukakan karena amat kuatnya
pengaruh teknologi pendidikan , maka teknik dan penerapannya pada masa yang
akan datang mungkin dapat digunakan untuk menyelewengkan pengetahuan dan
informasi bagi tujuan-tujuan yang tak bermoral.
Guna mencegah terjadinya kemungkinan
yang demikian, AECT dan penulis-penulis dalam bidang teknologi pendidikan telah
mencanangkan bermacam-macam tujuan. Sikap yang didasarkan pada norma tersebut
menyangkut persoalan-persoalan kebebasan intelektual, tindakan afirmatif,
stereotip, dan penerapan teknologi secara manusiawi.
3.
Kebebasan Intelektual
AECT telah menentukan sikap yang
tegas dalam mendukung kebebasan intelektual. Kode Etik AECT menyatakan bahwa
anggota-anggota ”berkewajiban melindungi hak pribadi guna memperoleh/
mengetahui bahan dari berbagai sudut pandang” contoh pidato inagurasi Presiden
Gilkey yang menjadi kewajiban tersebut lebih kuat lagi:
Kita harus sadar dan memperhatian
mengenai praktek penyensoran. Kita harus membuat dan mengembangkan petunjuk
yang memungkinkan anggota mampu menanggani segala bentuk penyensoran. Kita
harus menentang penyensoran yang datangnya dari kelompok liberal maupun
konservatif yang berusaha meniadakan bahan yang kritik atau dirugikan. Kita
harus mengambil sikap bahwa siswa-siswi membutuhkan informasi mengenai isu yang
dipersoalkan dari segala pihak jika mereka diharapkan dapat mengambil keputusan
secara intelegen -2-
4.
Tindakan Afirmatif
AECT juga telah menentukan sikap
yang mendukung adanya tindakan afirmatif. Dalam AECT terdapat sebuah komisi
tindakan afirmatif yang bertugas ” menyusun rencana untuk melibatkan wanita dan
golongan minoritas dalam kegiatan AECT serta bidang teknologi pendidikan
umumnya.” selanjutnya usaha dari komisi ini memberi petunjuk bagi keharusan
penentuan sikap secara aktif dan ” haruslah memperoleh dukungan dan kerjasama
dari setiap anggota”.
5.
Stereotip
AECT telah secara tegas telah
menyatakan penolakannya atas bahan-bahan yang mengandung stereotip. Kode Etik
AECT menyatakan bahwa anggota-anggota AECT haruslah : baik dalam membuat desain
maupun mengadakan seleksi program kependidikan atau media, hendaklah
menghindari materi (isi) yang memperkuat atau menganjurkan stereotip berkenaan
dengan kekelaminan, kesukuan, keagamaan. Anggota harus berusaha mendorong
pengembangan program dan media yang memberi tekanan pada kenyataan kebhinekaan
masyarakat sebagai satu persekutuan hidup yang multi-kultural; selanjutk Huban
(1970) berpendapat bahwa kita harus membuang jauh-jauh mitos yang dibuat
berdasarkan studi yang dilakukan Coleman dan Jenkins yaitu beberapa golongan
siswa (siswa kulit hitam/negro) sebagai akibat dari keturunan atau pendidikan
dalam keluarga secara intelektual adalah inferrior. Hoban berpendapat bahwa
dengan melalui teknologi pendidikan kita harus dapat menciptakan suatu
pendidikan yang benar-benar universal dan efektif bagi semua orang.
6.
Penerapan Manusiawi Teknologi.
AECT menyadari bahwa, meskipun
teknologi itu adalah alat, tetapi membawa akibat-akibat. Apakah akibat tersebut
berdampak positif atau negatif. Oleh karena itu jika kita akan menggunakan
teknologi pendidikan, maka AECT berkeyakinan bahwa: Teknologi dapat dipakai
guna mendukung tujuan kemanusiaan dan kebutuhan hidup. Haruslah dibuktikan
bahwa teknologi pendidikan berguna dan penting dalam kaitannya dengan
akibat-akibat yang lebih luas dari teknologi pada masyarakat, bahwa bidang
teknologi pendidikan itu dapat membantu masyarakat mendayagunakan
potensi-potensi mereka guna meningkatkan kemanusian tiap individu
*Komoski (1972) yakin bahwa kita dapat
melakukan hal tersebut dan menyarankan bagaimana caranya: ”Mempertahankan
hakikat keberadaan manusia yang berarti secara sosial, di tengah-tengah
masyarakat teknologis dengan menghimbau secara persuasif agar sistem teknologis
tradisional dapat diadaptasikan guna memenuhi kebutuhan material dan manusiawi
semua anggota masyarakat”.
*Silber (1972) mengidentifikasi
unsur yang harus dikemukakan jika teknologi akan digunakan untuk tujuan-tujuan
hidup manusia. Hal ini dilakukan berkenaan dengan hubungan antara apa yang
disebutnya ” kebebasan sejati” dan ”teknologi sejati”. Ia membuat batasan kebebasan
sebagai suatu yang mencakup pengertian ”hak untuk memilih, kemampuan memilih,
dan adannya pilihan-pilihan yang akan dipilih. -3- Kebebasan yang demikian
dikaitkan dalam teknologi sejati apabila: 1) Kebutuhan yang berasal dari
pengambilan inisiatif/penerima (si-pelajar) 2) Kebutuhan itu dikemukakan dan
didengar 3) Hasil yang dikeluarkan hendaklah memenuhi kebutuhan 4) Manusia itu
hendaklah terus mengendalikan proses dan alat serta menggunakannya untuk
memenuhi kebutuhan Kesimpulannya bahwa : ”Kebebasan sejati tidak mungkin tanpa
teknologi; teknologi sejati tidak mungkin tanpa kebebasan”
B. HUBUNGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DENGAN PROFESI-PROFESI LAIN
Kami telah bicara tentang sifat
integratif dan luas mengenai konstruk teori dari teknologi pendidikan. Banyak
kelompok orang yang melaksanakan kegiatan di bidang teknologi pendidikan namun
tidak semua masuk dalam profesi teknologi pendidikan. Bagaimanakah seharusnya
mereka berada dalam profesi teknologi pendidikan berhubungan dengan orang-orang
yang menganggap bahwa bidang profesi mereka bukan teknologi pendidikan ?
Teknologi pendidikan bergerak dalam
konteks usaha kependidikan yang lebih luas, karena juga berada dalam konteks
profesi dan orang-orang yang terlibat dalam memberikan kemudahan belajar. Jadi
ahli teknologi pendidikan bukanlah satu-satunya dapat membuat keputusan tentang
bagaimana memudahkan belajar melalui pengidentifikasi, pengembangan, organisasi
dan pemamfaatan sumber-sumber belajar. Karena itu bidang Teknologi Pendidikan
perlu mengenal konteks ”orang lain”.
Ada 4 (empat) macam hubungan pengambilan
keputusan yang mungkin antara teknologi pendidikan dan profesi lain:
a.
teknologi pendidikan bekerja dengan
berperanan sebagai sub ordinasi terhadap profesi lain dengan diberi
wewenang/tanggungjawab pengambilan keputusan instruksional yang sempit sekali
b.
teknologi pendidikan dalam hal
pengambilan keputusan berada diatas profesi lain dan mengembang peranan yang
menentukan dalam pengambilan keputusan instruksional
c.
teknologi pendidikan beserta tujuan
dan alat-alatnya secara bertahap di adopsi untuk dipakai sehingga tidak menjadi
persoalan siapa yang harus membuat dan mengambil keputusan
d.
teknologi pendidikan berperan dengan
profesi lain untuk membuat dan mengambil keputusan bersama, menetapkan bersama
bidang mana yang akan membuat keputusan terakhir dengan mengingat dan
memperhatikan tuntutan spesifik dari situasi dan kondisi lembaga yang
bersangkutan
Tema Konvensi AECT (1976) juga menekankan hubungan dengan
profesi lain yaitu hubungan yang kooperatif dan saling ketergantungan. Dengan
saling ketergantungan merupakan cara hidup yang sangat berarti karena kita
mungkin mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar nilainya daripada apa yang
kita sembunyikan apa yang kita capai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar